A. Pengertian Mencetak
Seni grafis identik dengan kegiatan cetak-mencetak, oleh karena itu istilah seni grafis dikenal juga dengan seni mencetak atau mencetak. Istilah ini lebih sesuai dengan istilah yang digunakan dalam pelajaran mencetak yang dilakukan di Taman Kanak-kanak. Mencetak merupakan suatu cara memperbanyak gambar dengan alat cetak / acuan / klise. Alat cetak dapat diperoleh secara sederhana atau direncana. Dalam perkembangan seni rupa, mencetak bisa dikatakan seni grafis yakni merupakan karya dwimatra yang dibuat untuk mencurahkan ide/gagasan dan emosi seseorang dengan menggunakan teknik cetak, sehingga memungkinkan pelipatgandaan karyanya. Hasil cetakan menunjukkan kreatifitas maupun keterampilan penciptanya. Proses mencetak yaitu membuat acuan cetak atau klise dengan cara menggores atau mencukil pada sekeping papan, gips, logam atau bahan lainnya. Hasil cukilan diolesi tinta, kemudian dilekatkan pada selembar kertas dan ditekan. Akhirnya tinta dari acuan melekat pada kertas. Mencetak merupakan kegiatan seni rupa yang termasuk seni dua dimensi. Sebenarnya kegiatan mencetak ini tidak asing bagi anak-anak. Mereka sering melakukannya di atas trotoar atau dinding dengan menjejakkan alas sepatu atau tangannya ke atas trotoar dan dinding tersebut. Kadang-kadang mereka menjejakkan kakinya di atas lumpur atau pasir pantai hingga terdapat bekas jejak-jejak kaki tersebut. Kreasi lain sering juga dilakukan dengan membuat goresan dari tongkat ke atas pasir laut, atau tanah. Tanpa disadari kegiatan tersebuat merupakan kegiatan mendesain yang dilakukan berulang-ulang yang merupakan kegiatan mencetak. “Mencetak membutuhkan acuan sebagai alat cetak yang digunakan sebagai alat untuk mereproduksi karya sesuai jumlah yang diinginkan” (Mattil, 1965). Prinsip mencetak dapat dijumpai ketika membubuhkan cap jari pada surat identitas atau menstempel surat. Kegiatan tersebut dapat dilakukan berulang kali dengan hasil yang sama, hasil dari cetakan tidak dapat dikatakan mana yang asli dan mana yang duplikat dari hasil cetak pertama, kedua dan seterusnya.
B. Sejarah Mencetak
Pada mulanya seni grafis mulai berkembang di negara Cina. pada negara tersebut seni grafis digunakan untuk menggandakan tulisan-tulisan keagamaan. Naskah-naskah tersebut ditatah atau diukir di atas bidang kayu dan di cetak di atas kertas. Cina menemukan kertas dan memproduksinya secara massal di tahun 105. pada masa itu Cina di bawah pemerintahan Dinasti Yi.
Karya-karya seni grafis dengan media kayu (cukilan kayu) ditemukan di negara-negara Asia yang memiliki kultur tua dan kuat seperti Cina, Jepang, dan Korea. Bangsa romawi pun telah mengenal tekhnik cetak ini yang digunakan untuk menghias jubah-jubah dengan cetak stempel. Teknik cetak ini kurang berkembang karena bangsa Eropa tidak mengenal kertas. Teknik grafis di Eropa baru berkembang di abad ke - 13, dengan ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg dan didirikannya pabrik kertas pertama di Italia. Sejak itulah seni grafis dengan beragam teknik berkembang di Eropa.
Seni grafis di Indonesia awalnya merupakan media alternatif bagi seniman yang telah mengerjakan bidang lainnya seperti melukis atau mematung. Secara kronologis seni grafis muncul sekitar tahun 1950-an tokohnya Suromo dan Abdul Salam di Yogyakarta. Membuat karya dengan teknik cukil kayu ( woodcut ) dan kebanyakan dari karyanya merupakan poster perjuangan. Kemudian tokoh yang lain adalah Baharudin Marasutan ( Jakarta ) dan Mochtar Apin ( Bandung ).
C. Macam-Macam Mencetak
Berbagai macam proses mencetak, antara lain:
1. Cetak tinggi
2. Cetak dalam
3. Cetak datar
4. Cetak saring
5. Mencetak lipat
6. Mencetak bayangan
Berikut akan diuraikan masing-masing macam proses mencetak.
1. Cetak tinggi
Proses cetak tinggi menggunakan klise/acuan/alat cetak yang akan menghasilkan gambar dari bagian yang menonjol. Apabila alat cetak dioles dengan tinta, bagian yang menonjol itu akan menerima tinta. Jika klise/ alat cetak itu ditempelkan pada kertas kemudian diangkat, maka tampaklah gambar pada kertas. Contoh cetak tinggi yang sederhana ialah: stempel, jari, uang logam, potongan pelepah pisang, tutup botol, kulit kacang, buah-buahan, rol tissue dan benang ditempel, cukilan ubi/wortel dan sebagainya. Pembuatan klise untuk cetak tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan guntingan gambar, dan selanjutnya dapat untuk mencetak, contohnya media berupa: guntingan gambar, papan/karet(linolium)/ubi, akrilik/cat poster/pewarna kue, pensil, kuas, pisau atau alat pencukil dan kertas gambar.
Cara pembuatannya
a. Gambar ditempelkan pada papan atau karet atau ubi
b. Pola ditoreh/dicukilkan dengan pisau/alat pencukil
c. Klise/alat alat cetak selesai
d. Klise/ alat cetak dioles dengan tinta
e. Cetakan kea rah kertas gambar
f. Jadilah gambar cetakan
2. Cetakan dalam
Proses cetak dalam menggunakan klise/alat cetak yang akan menghasilkan gambar adalah bagian yang menjeluk/dalam. Cara pembuatannya sebagai berikut:
a. Siapkan tembaga/seng atau plastic yang tebal, alat gores yang tajam, tinta, kuas, kain lap.
b. Membuat gambar pada tembaga/seng dengan cara digores
c. Tinta dioleskan pada bagian yang menjeluk/dalam
d. Tinta yang menempel pada bagian datar dibersihkan
e. Kemudian kertas yang akan dicetak diletakkan pada permukaan klise, kertas ini harus kertas yang mudah menyerap tinta.
f. Selanjutnya ditindih dengan rata atau dipres dengan alat pres
g. Akhirnya kertas di angkat dan tampaklah gambar pada kertas
3. Cetak datar
Contoh yang paling sederhana ialah cetak agar-agar. Media : agar-agar, air, lem arab, gula pasir, dan glaserin, seng tempat untuk menuangkan, kompor, kertas, gambar, tinta. Urutan kegiatan sebagai berikut:
a. Membuat adonan acuan dengan menggunakan agar-agar, yakni: rendam agar-agar dengan air dingin selama 5 menit. Kemudian agar-agar dimasukkan ke dalam air mendidih sehingga menjadi cairan. Masukkan lem arab, glaserin, seperlunya kemudian diaduk sampai merata. Selanjutnya dituang ke dalam seng sampai penuh rata dan membeku.
b. Membuat gambar pada kertas dengan tinta.
c. Letakkan kertas itu pada permukaan aga-agar yang disiapkan terlebih dahulu. Permukaan kertas bergambar berada di baeah menempel pada agar-agar, lalu angkatlah dengan hati-hati. Gambar tadi menempel pada permukaan agar-agar. Jika kemudian kertas kosong diletakkan pada agar-agar itu ditekan sampai rata, lalu diangkat, gambar akan dicetak pada kertas itu.
Sekarang hampir semua percetakan menggunakan mesin cetak offset yang berdasar pada proses cetak datar/rata. Acuannya disebut pelat. Bagian yang menghasilkan gambar mampu menangkap tinta, tetapi menolak air. Sebaliknya bagian pelatnya menolak tinta, tetapi menarik air. Tinta yang dioleskan pada pelat, hanya bagian yang menghasilkan gambar saja yang menerima tinta, selanjutnya pindah pada kertas yang dicetak.
Cetak datar yang sederhana dapat menggunakan kaca. Disini dikatakan datar, kerena menggunakan kaca sebagai cetakan yang mempunyai permukaan datar.
Media: kaca satu lembar, kertas gambar yang lebih lebar daripada kaca, cat atau lem kanji yang dicampur dengan pewarna kue, kain lap, tempat cat, kuas dan Koran bekas untuk alas.
Teknik pembuatan:
a. Kaca digambari dengan cat atau lem kanji dicampur dengan pewarna kue
b. Letakkan kertas di atas kaca yang telah digambari
c. Kertas ditekan ambil diratakan
d. Angkat kertas dari kaca
e. Jadilah gambar di atas kertas
4. Cetak Saring
Proses cetak saring atau cetak sablon yang disebut juga cetak stensil ini, bagian alat cetak, klise/acuan merupakan bahan sutera sebagai saringan, tinta menembus acuan menghasilkan gambar. Cara membuatnya:
a. Siapkan kain polos yang halus, bingkai kayu (20x30cm), rakel, lem, kanji, pewarna kue atau tinta cina , lilin, alat pemanas/kompor/anglo kuas, cat kaleng, dan paku kecil secukupnya
b. Buatlah klise/acuan dengan memasang kain pada bingkai kayu lalu digambari dengan pensil dan disusul dengan digambar dengan lem yang dicampur dengan pewarna kue,
c. Gambar kering, lalu sekitarnya diolesi dengan lilin cair,
d. Cucilah lem yang kering setelah lilin dingin dan biarkan melekat pada kain,
e. Selanjutnya acuan/klise siap untuk menyablon. Letakkan kertas dibawah acuan . kemudian cat diratakan dengan rakel. Akhirnya cat akan menembus kain dan terwujutlah gambar pada kertas.
5. Mencetak Lipatan
Teknik cetak ini merupakan cara sederhana, yakni cetak lipatan kertas. Dengan teknik ini Anda akan memperoleh gambar-gammbar yang menarik dan bagus. Cara membuatnya sebagai berikut:
a. Siapkan kertas gambar, langsung dilipat
b. Buka lipatan, lalu teteskan tinta beberapa warna
c. Tutuplah lipatan tadi, biarkan sebentar
d. Bukalah lipatan tersebut. Anda akan melihat cetakannya.
6. Mencetak Bayangan
Mencetak bayangan merupakan kegiatan berkarya seni rupa yang menghasilkan gambar bayangan. Media yang digunakan diperlukan kertas gambar, ddaun atau guntingan gambar, cat air, cat semprot, atau pewarna kue, sikat gigi bekas dan sisir. Cara Membuatnya :
a. Daun atau guntingan gambar diletakkan di atas kertas gambar
b. Cara mencetak dengan sisir atau dengan semprotan
c. Setelah cat kering, daun atau guntingan kertas diangkat
D. Implementasi Dalam Pembelajaran di SD
Pembelajaran SD Kelas 1
Standar Kompetensi: Siswa mengenal, menanggapi dan berkreasi berbagai gagasan imajinatif dengan unsur-unsur rupa melalui kepekaan inderawi ke dalam karya seni rupa.
Kompetensi Dasar: Mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan imajinatif menggunakan berbagai bahan.
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas siswa diharapkan dapat membuat karya gambar cetak ekspresi dengan berbagai cetakan dari bahan alam yaitu cetak penampang, daun-daunan, dan umbi-umbian. Untuk mencapai kompetensi tersebut, kegiatan pembelajaran diawali dengan mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan: kertas, pewarna, pelepah daun, buah, daun daunan, umbi-umbian, pisau, cutter, silet, alas pewarna, spon/busa, kapas, koran bekas. Proses pengerjaannya:
a. Pilihlah penampang apa yang akan dijadikan acuan cetaknya pelepah daun atau buah-buahan. Pelepah daun yang sering dijadikan acuan cetak adalah: pelepah daun pisang, pelepah daun talas, pelepah daun pepaya. Buah belimbing dapat pula dijadikan sebagai acuan cetak.
b. Potonglah penampang bahan acuan cetak itu dengan pisau, cutter atau silet. Arah potongan bebas. Usahakan agar permukaan potongan rata. Kerataan permukaan potongan sangat menentukan hasil cetakannya.
c. Siapkan pewarna. Pewarna yang disiapkan bergantung dari keadaan bahan acuan cetaknya. Bila acuan cetaknya masih mengeluarkan getah/cairan, cukup disediakan serbuk pewarna saja. Pewarna akan menjadi cair setelah bersatu dengan cairan acuan cetak. Akan tetapi bila acuan cetaknya tidak mengeluarkan cairan, kita perlu menyediakan pewarna yang sudah dicampur dengan air.Pewarna serbuk, cukup disebarkan pada alas warna yang bentuknya datar dan rata misalnya: kaca, formica, lembaran plastik, piring. Penampang acuan cetak yang mengandung cairan digosok-gosokan pada serbuk warna yang ditaburkan di alas hingga rata, maka terjadilah warna yang siap pakai. Pewarna cair dapat dipulaskan pada busa/spon, atau pada kapas.
d. Mencetakkan acuan cetak. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan ikutilah petunjuk ini.
1) Penampang acuan cetak yang masih basah tekankan pada pewarna yang ada pada alas warna tadi.
2) Selanjutnya tempelkan (sambil ditekan) acuan cetak tersebut pada kertas yang sudah diletakkan di atas koran.
3) Kemudian angkat acuan cetaknya. Gambar acuan cetak akan tertera pada kertas. Untuk membuat bentuk/gambar yang sama, lakukan kegiatan seperti yang dilakukan sebelumnya beberapa kali bergantung kebutuhan pada kertas yang sama atau yang lain.
4) Acuan cetak yang sudah kering (tidak mengeluarkan cairan), pengisian warnanya harus dengan cara menempelkan acuan cetak tersebut pada spon/busa, atau kapas yang sudah diisi pewarna. Pencetakannya sama seperti pada pencetakkan acauan cetak sebelumnya. Demikian pula pengulangan pencetakkannya.
5) Perlu diperhatikan agar pewarna yang menempel pada acuan cetak tidak berlebihan, tidak pula kekurangan. Bila hal ini terjadi, hasil cetakannya tidak akan memuaskan.
Proses pencetakkan daun-daunan dilakukan sebagai berikut:
a) Pilihlah bentuk daun yang menarik serta ukurannya tidak terlalu lebar.
b) Siapkan pewarna pada alas warna seperti pada cetak penampang. Usahakan agar keadaan pewarna pada alas merata keadaannya, serta tidak terlalu encer.
c) Tempelkan permukaan daun tadi serata mungkin pada alas pewarna.
d) Selanjutnya permukaan daun yang sudah berwarna tadi tempelkan pada kertas yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Gosoklah permukaan daun itu dengan hati-hati. Agar aman dan leluasa menggosok, simpanlah kertas di atas permukaan daun tersebut.
Bila mencetakkannya sempurna, bentuk daun serta warna yang dipilih akan tergambarkan pada kertas. Pada cetak umbi-umbian, kita harus membuat acuan cetak terlebih dahulu. Umbi-umbian yang biasa digunakan untuk acuan cetak diantaranya adalah: ubi jalar, kentang, talas, wortel, ketela pohon. Proses kerjanya sebagai berikut:
a) Potonglah umbi yang sudah dipilih untuk acuan cetak serata mungkin.
b) Buatlah gambar/bentuk pada permukaan potongan yang rata tadi.
c) Selanjutnya hilangkan atau rendahkan bagian permukaan yang nantinya tidak akan memindahkan gambar/bentuk dengan jalan mengerat atau menorehnya.
d) Siapkan pewarna sebelum melakukan pencetakkan. Namun sebaiknya lihat kembali proses pencetakan penampang yang basah dan yang kering. Pada cetak umbi-umbian-pun berlaku hal seperti itu, karena ternyata ada umbi-umbian yang masih mengandung cairan dan sebaliknya. Oleh sebab itu untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang masih basah, gunakan serbuk warna. Sedangkan untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang sudah kering, pewarna harus dicampur dahulu dengan air. Sekali lagi tata cara pencetakkannya lihat proses cetak penampang.
Perlu diperhatikan agar pada proses cetak ini (penampang, daun-daunan, dan umbi-umbian), digunakan alas yang agak empuk. Alas yang keras kurang baik hasilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar